Skip to main content

ISP lokal memberikan pengalaman yang lebih rendah di Indonesia dibanding dengan ISP skala besar

Get our latest reports straight to your inbox. Subscribe
Share this article

Andrey Popov, Robert Wyrzykowski

 

Dalam laporan ini, Opensignal mendalami pengalaman pengguna fixed broadband (broadband tetap) kami di Indonesia, untuk melihat bagaimana pengalaman menggunakan fixed broadband dapat berbeda tergantung jenis Penyedia Layanan Internet (ISP) mereka. 

 

Segmentasi yang digunakan dalam laporan:

●      ISP Skala Besar: ISP dengan basis pelanggan yang lebih besar dan cakupan infrastruktur yang lebih luas, dan layanannya sering tersedia secara nasional.

●      ISP Lokal: ISP regional yang lebih kecil, dengan basis pelanggan yang ditargetkan untuk pengguna lokal dan jangkauan geografis lokal.

 

Temuan Utama:

●      Terlihat bahwa Indonesia merupakan salah satu negara dengan kesenjangan tertinggi antara ISP skala besar dan ISP lokal terkait Kualitas Konsistensi Broadband di antara negara-negara yang dianalisis.

●      Pengguna Indonesia yang berlangganan ISP lokal sulit mencapai konektivitas fixed broadband yang layak dan konsisten, salah satu penyebabnya dikarenakan strategi harga.

●      Jumlah konektivitas fixed broadband di Indonesia terlihat semakin bertambah, yang mana pengguna kami di Jawa Timur menghabiskan sebagian besar waktu terhubung dengan Wi-Fi. 

 

 

Opensignal membandingkan pengalaman pengguna kami dalam tiga metrik pengukuran di 20 negara, dan melihat bagaimana pengalaman penggunaannya bervariasi antara ISP skala besar dan ISP lokal. Kualitas Konsistensi Broadband mengukur seberapa sering jaringan dapat memenuhi keperluan untuk penggunaan aplikasi umum (misalnya menonton video HD, menyelesaikan panggilan video grup, dan bermain game sepanjang hari), dilihat dari perspektif satu perangkat setelah konektivitas terbentuk. Hasilnya ditampilkan sebagai persentase pengguna yang berhasil dalam pengujian.

 

Secara umum, kami mengamati bahwa pengguna kami di ISP skala besar umumnya memiliki pengalaman penggunaan fixed broadband yang lebih konsisten saat menggunakan jaringan ISP skala besar, dibanding dengan pengguna ISP lokal. Namun untuk Indonesia, perbedaannya terlihat lebih besar, mencapai 17,2 poin persentase. Perbedaan ini bahkan lebih terlihat ketika kami memperhitungkan bahwa Indonesia memiliki skor Kualitas Konsistensi Broadband terendah di antara negara negara yang dianalisis, baik untuk ISP skala besar maupun ISP lokal. Segmen ISP lokal di Indonesia jauh tertinggal dengan skor ISP lokal di negara lain.

 

Ada beberapa faktor yang dapat menjelaskan mengapa ISP skala besar dapat memberikan pengalaman fixed broadband yang lebih baik dan lebih konsisten bagi pelanggan mereka. ISP skala besar memiliki sumber daya untuk berinvestasi dalam infrastruktur berkualitas tinggi, seperti pusat data yang lebih cepat dan teknologi manajemen traffic canggih, disertai kemampuan memanfaatkan skala ekonomi, dan juga dapat bekerja sama dengan penyedia jaringan lain. Hal ini menghasilkan kecepatan yang lebih tinggi, latensi yang lebih rendah, dan kapasitas untuk menangani sejumlah besar pengguna tanpa kemacetan (congestion), terutama selama waktu sibuk (peak times). Skala besar mereka juga memungkinkan untuk membangun lebih banyak kontingensi untuk menangani potensi pemadaman (outages), dan memiliki lebih banyak pusat data, serta tim yang lebih besar yang bertanggung jawab untuk pemantauan jaringan. Meski ISP lokal dapat memberikan pendekatan yang lebih lokal atau berfokus pada pelanggan lokal, mereka seringkali harus menyewa bandwidth dari penyedia layanan yang lebih besar sehingga membatasi pengalaman penggunaan bagi pelanggan mereka.

 

 

Metrik Kualitas Konsistensi Broadband dari Opensignal menggunakan enam indikator kinerja utama: kecepatan unduh dan unggah, latensi, jitter, kehilangan paket (packet loss), dan waktu ke byte pertama, yang ditetapkan ambang batas kinerja untuk penggunaan individu, bukan penggunaan oleh beberapa perangkat. Metrik menunjukkan persentase tes pengguna yang dapat mencapai ambang kinerja tersebut untuk mendukung aktivitas seperti menonton video HD, menyelesaikan panggilan video grup, dan bermain game di sepanjang hari.

Kami menganalisis salah satu dari enam indikator ini, yaitu Download Throughput. Skor yang didapatkan mencerminkan berapa banyak tes yang melewati ambang batas “cukup baik (good enough)” dengan kecepatan unduh broadband setidaknya sebesar 5 Mbps, dimana kecepatan ini cukup untuk melakukan streaming video HD dari layanan streaming populer seperti Netflix atau Youtube), tanpa transmisi terasa lamban. Dalam analisis tersebut, kami fokus ke persentase pengujian yang gagal atau tidak dapat mencapai ambang batas.

Skor agregat untuk ISP lokal di Indonesia untuk metrik ini adalah 37,1%, yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan dengan ISP skala besar (18,8%). Persentasi ini juga jauh lebih tinggi daripada segmen ISP lokal di negara lain. Artinya, pengguna Indonesia yang berlangganan ISP lokal kesulitan mencapai konektivitas fixed broadband yang layak dan konsisten dengan paket langganan yang ada. 

 

Faktor utama di balik ini adalah strategi penetapan harga yang diterapkan oleh ISP lokal di Indonesia, yang sering berfokus pada penawaran paket kecepatan rendah dengan harga yang lebih terjangkau. Model seperti ini secara langsung memengaruhi pengalaman pengguna rata-rata secara keseluruhan. Pengukuran dari Opensignal mencerminkan pengalaman aktual pengguna di semua tingkatan kecepatan, terlepas dari jenis paket langganan dari penyedia mereka. Dengan demikian, laporan ini menjabarkan analisis akurat tentang kinerja sebenarnya di semua paket yang ditawarkan sehingga memberikan pandangan komprehensif tentang kualitas jaringan.

 

 

Indonesia merupakan negara yang memiliki sejumlah besar pengguna seluler yang belum pernah terhubung ke layanan fixed broadband. Satu dari lima pengguna ponsel Indonesia tidak pernah terhubung ke internet melalui Wi-Fi, sementara 22,5% pengguna sangat jarang terhubung ke layanan Wi-Fi (kurang dari 10% waktu terhubung), seperti yang ditunjukkan oleh analisis kami yang diterbitkan tahun lalu. Namun terlihat ada peningkatan pengguna seluler yang mendapatkan akses ke layanan Wi-Fi di berbagai tempat di Indonesia dan menghabiskan lebih banyak waktu terhubung ke layanan fixed broadband. Dapat dilihat terjadinya perubahan waktu yang dihabiskan untuk Wi-Fi, yang telah meningkat dari 33% pada kuartal ke-1 2022 menjadi 37% pada kuartal ke-3 2024 secara nasional. 

Ketergantungan terhadap layanan Wi-Fi juga sangat bervariasi di seluruh negeri. Pengguna kami di beberapa kabupaten di Indonesia menunjukkan kurang dari 30% waktu terhubung ke Wifi, terutama di Sumatera, Sulawesi atau di Kepulauan Maluku. Dilain pihak, di banyak kabupaten di Jawa Timur, tercatat persentase waktu yang sangat tinggi di Wi-fi, seringkali melebihi 50%. Dengan demikian, akses ke konektivitas internet fixed broadband yang handal menjadi semakin penting di Indonesia.

 

ISP lokal terkadang memang dapat menawarkan pendekatan yang lebih lokal atau berfokus pada pelanggan lokal, tetapi keunggulan skala dan infrastruktur sering membuat ISP skala besar menjadi pilihan yang lebih baik untuk layanan internet yang lebih cepat dan lebih handal, dan sangat penting untuk memenuhi kebutuhan digital Indonesia yang terus meningkat. Kota-kota kecil serta daerah pedesaan akan memiliki kesenjangan yang membesar antara kedua segmen ini. Kualitas konektivitas pedesaan yang tidak konsisten dapat menghambat pembangunan ekonomi di daerah-daerah ini. Peningkatan infrastruktur broadband di daerah pedesaan akan mendorong produktivitas, membuka peluang baru, dan mengurangi kesenjangan sosial ekonomi di seluruh Indonesia. Tingkat konektivitas internet yang layak di daerah pedesaan dapat meningkatkan produktivitas dan membuka peluang kerja dan pendidikan baru bagi masyarakat lokal, juga dapat mempersempit kesenjangan sosial ekonomi antara wilayah Indonesia.

 

Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia tertarik untuk menetapkan kecepatan fixed broadband minimum di angka 100 Mbps, untuk mengejar ketinggalan dengan pasar Asia Tenggara lainnya dalam hal kualitas layanan fixed broadband. Sejumlah ISP skala besar siap menawarkan tingkat kecepatan seperti itu, setidaknya untuk sebagian populasi. 

 

Namun, seperti yang ditunjukkan oleh analisis kami, pengguna fixed broadband kami yang berlangganan ISP lokal di Indonesia menerima Kualitas Layanan (QoS) dan Kualitas Pengalaman (QoE) yang lebih rendah, sebagaimana diukur dengan Kualitas Konsistensi Broadband. Mencapai kecepatan unduh 100 Mbps akan menjadi tantangan besar bagi ISP lokal, terutama ketika mereka masih berjuang untuk memenuhi ambang batas minimum 5 Mbps, yang hanya merupakan kecepatan “cukup baik” untuk sebagian besar aplikasi umum dan beberapa kasus penggunaan, seperti yang ditunjukkan oleh analisis kami. Fokus untuk memberikan QoS dan QoE yang tinggi adalah  penting untuk pertumbuhan digital Indonesia. Konektivitas yang andal merupakan salah satu penggerak pembangunan ekonomi dan sosial, dan jika tidak dilakukan, ada kemungkinan negara ini akan tertinggal dari negara-negara sekitar.

 

ISP yang lebih kecil, termasuk reseller dan penyedia jasa internet tanpa lisensi, memang dapat menawarkan opsi yang lebih terjangkau, tetapi sering menghadapi kesulitan dalam memberikan kualitas layanan yang dibutuhkan, terutama di daerah pedesaan. Memastikan layanan yang terjangkau, tetapi berkualitas tinggi tetap penting untuk pembangunan digital berkelanjutan. Kominfo mencatat ada lebih dari 1.300 ISP di Indonesia, akan tetapi daftar ini tidak mencakup penyedia yang beroperasi tanpa lisensi, sehingga jumlah pemain lokal kecil kemungkinan akan jauh lebih besar. Dinamika ini dapat mempersulit upaya untuk meningkatkan pengalaman fixed broadband di Indonesia, karena dapat mengurangi insentif bagi ISP skala besar dalam berinvestasi untuk infrastruktur yang lebih modern. Memastikan bahwa semua penyedia layanan memenuhi standar kualitas minimum, sambil menyeimbangkan keterjangkauan merupakan hal yang penting untuk mendorong pengembangan broadband di Indonesia.

 

Baca laporan terbaru kami untuk mempelajari pengalaman pengguna Indonesia kami tentang layanan fixed broadband di Jawa dan di kota-kota di Indonesia. Untuk wawasan lebih lanjut dan analisis yang lebih dalam untuk Indonesia dan pasar global lainnya, berlangganan ke buletin Opensignal.